Kisah yang tak Kesah

  • Home
  • Contact Person
    • Whatsapp
    • Line
    • BBM
  • Parent Category
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Featured
  • Health
    • Childcare
    • Doctors
  • Home
  • Nona Flanel
    • Boneka Wisuda
    • Boneka Profesi
    • Bouquet Bunga
  • Nona Jewelry
    • Aneka Cincin
    • Aneka Gelang
    • Aneka Kalung
  • Tutorial
    • Flanel
    • Wire Accessories
  • Tulisan
    • Cerpen
    • Opini

Kamis, 24 Desember 2015

Ustaz: Dahulu dan Kini

 Unknown     01.48     Esai, sastra     No comments   

Ustaz: Dahulu dan kini
Esai Susanti Rahim

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), uztaz berarti guru agama atau guru besar (laki-laki); juga digunakan sebagai kata sebutan atau sapaan Tuan. Namun secara harfiah, yang dikatakan ustaz sebenarnya yaitu seorang profesor. Seorang profesor yang dimaksud dalam hal ini merupakan seseorang yang mendidik, mengajarkan, berkahlak, alim ulama, memimpin, serta bijak. Dewasa ini, makna ustaz berbeda dari arti harfiahnya. Bisa dikatakan telah terjadi pergeseran makna. Di Indonesia, gelar ustaz yang diberikan terkesan asal comot. Padahal di Negeri Arab, apabila seseorang dipanggil ustaz maka ia akan merasa tersinggung karena tidak sembarangan orang bisa dipanggil dengan sebutan ustaz.
Salah satu faktor terjadinya pergeseran makna tersebut ialah kesenjangan ansumsi mengenai “ustaz” yang diterima oleh masyarakat Indonesia belakangan ini. ustaz kini bukan menjadi sesuatu yang sakral lagi. Tidak perlu pandai berbahasa Arab, dengan syarat bisa berbicara sedikit tentang agama dan juga bisa menyampaikannya dengan cara menghibur sudah bisa mendapat gelar seorang “ustaz”. 
Jika ditinjau balik ke belakang, dahulu, untuk mendapatkan gelar seorang ustaz itu cukup sulit. Seseorang harus terlebih dahulu bersekolah dan berguru dengan seorang kiai. Hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Pada masa sekarang, Sekolah agama seolah-olah menjadi sebuah tempat “bengkel akhlak”. Orang tua memasukkan anak-anak mereka yang dianggap nakal ke sekolah-sekolah agama. Alih-alih pulang dari sekolah agama, bukan menjadi orang yang diinginkan oleh orang tua, tetapi malah seperti dalam istilah “tabaliak kaji”. Sejatinya, dahulu, adalah sebuah keinginan dalam diri sendiri seorang anak jika ingin masuk ke sebuah sekolah agama dan mempelajarinya tanpa paksaan dari siapapun.
Saat sekarang ini, stasiun televisi tak ubahnya seperti sebuah persaingan. Mereka berlomba-lomba untuk membuat acara dengan rating tertinggi. Para pengelola lebih memilih menjadi followers untuk mendapatkan rating tertinggi ketimbang mencoba membuat program yang berkualitas tinggi. Mekanisme pasar serta selera pasar membuat stasiun televisi berbondong-bondong membuat acara yang diisi oleh sosok-sosok yang bergelar ustaz. Kemudian ustaz pun menjadi sebuah produk komersial. Terlebih ketika tiba Bulan Ramadhan. Supply ustaz yang kurang serta demand yang banyak mengakibatkan “produksi” ustaz akan menjadi melimpah ruah. Bak jamur di musim penghujan, tiba-tiba hadir ustaz-ustaz baru yang gagah-gagah. yang penting asal cuap-cuap soal agama dan bisa menghibur hati masyarakat maka jadilah ia seorang ustaz.
Rata-rata pada zaman sekarang jadilah mereka ustaz-ustaz komersil mereka menjual tampang dan kehidupan demi uang. Sedangkan dahulu, ustaz tidak memungut biaya jika berdakwah. Beliau menjalankan profesinya sebagai seorang ustaz bukan untuk mencari makan, tetapi benar-benar untuk sebuah pengabdian.
Dunia keartisan yang gelap membuat setiap artis harus memiliki seorang dokter penesehat spiritual. Dokter penasehat spiritual ini rata-rata merupakan seorang ustaz. Jadilah kehidupan artis mirip seperti seorang ustaz. ustaz dengan gaya artis, dan Artis dengan gaya ustaz. Sudah bukan menjadi hal yang tabu lagi jika ada seorang ustaz yang hidupnya glamor. Memiliki barang-barang mewah, mobil-mobil mewah motor gede menghiasi rumah para-para Ustaz. Rumah mereka lebih mirip singgahsana raja dibandingkan rumah seorang ulama.
Mari kita tinjau kehidupan ustaz pada zaman dahulu. Kehigupan ustaz amatlah sederhana. Tercermin kesederhanaan mereka dari pakaian yang dikenakan serta rumah yang mereka tempati. Tidak ada barang-barang mewah, yang ada hanya kitab-kitab kuning berjajar rapi menghiasi rak-rak buku di dalam rumahnya. Beliau berbaur bersama masyarakat. Ustaz menjadi tempat berkeluh kesah bagi jamaah. Pikiran-pikirannya diminta untuk mengambil kata sepakat. Aura ilmuan dan wibawanya terpancar dari caranya bertutur kata dan berprilaku. Jika beliau memiliki uang, beliau mensyukurinya dengan mendirikan sekolah-sekolah agama dan masjid-masjid.
Hal ini merupakan sebuah karya dari budaya pop yang menyulap seseorang untuk menjadi sebuah karakter yang dibutuhkan oleh penikmat budaya pop. Hanya pada era pop lah kita bertemu dengan seorang ustaz yang menikah menggunakan mas kawin dengan hitungan tanggal-bulan-tahun sama dengan sejumlah uang. mereka bukanlah artis yang sedang membitangi sebuah drama. Ustaz adalah orang yang dibekali dengan ilmu agama. Namun memandang gaya hidup mereka, kita semua pasti bingung akan memasukkan mereka kedalam kategori ustaz ataukah seorang artis!(*)

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

  • Awkarin, Remaja yang Dahulu Katanya Berhijab, Sebenarnya...
    Belakangan nama Karin Novilda atau lebih dikenal dengan nama Awkarin ramai diperbincangkan oleh pengguna internet. Awkarin memulai keten...
  • Resensi Labirin Sang Penyihir
    Judul: Labirin Sang Penyihir Pengarang: Maya Lestari Gf Penerbit: Kakilangit Kencana Sampul: Doff Cover (Soft Cover yang di...
  • Sebenarnya 'Raja' dan 'Kaisar' itu sama atau beda, ya?
    Saya tidak sengaja menyukai  ceritanya.  Ini bermula ketika saya menjadi salah satu peserta pelatihan esai tingkat remaja yang diadakan ...
  • Ustaz: Dahulu dan Kini
    Ustaz: Dahulu dan kini Esai Susanti Rahim Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), uztaz berarti guru agama atau guru besar (laki-l...
  • Perkenalan
    PERKENALAN -“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah”- P...
  • ANGKOT
    Oleh Susanti Rahim Masih jelas saat Buk Pau – guru sekolah dasar — mengatakan jika akhiran ‘ber’ itu menyatakan musim hujan, “ Jadi kali...
  • sekerat malam
    SEKERAT MALAM Oleh Susanti Rahim Malam. Mobil melaju dengan kecepatan sedang bersama puluhan pasang sorot lampu yang sejalan...
  • Lorong
    lorong kemanusiaan kian membeku. joget manusia semakin memburu. lagu-lagu makin memburu nafsu. biaya ilmu kian tinggi. yang kaya makin ka...
  • INAI DI JARI IBU
    Oleh: Susanti Rahim Esok adalah helat pernikahan yang akan aku jalani. Pelaminan merah telah terpajang anggun, di sana aku akan ...
  • GULI
    Cerpen Susanti Rahim Seperti pagi yang pertama kali hadir di jagat bumi. Ulah ledakan yang menciptakan matahari. Sejak air pertama me...

Coba Klik Gambar dibawah ini!

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Unknown
Lihat profil lengkapku

Copyright © Kisah yang tak Kesah | Powered by Blogger
Design by Hardeep Asrani | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Gooyaabi Templates